Makna Bermuhammadiyah Menurut K.H. Suprapto Ibnu Juraemi (Alm) :
Pertama, Bermuhammadiyah adalah berislam.
Kedua, Bermuhammadiyah adalah Berdakwah.
Ketiga, Bermuhammadiyah adalah Berorganisasi.
Keempat dan Kelima, Bermuhammadiyah adalah Berjuang dan Berjihad serta Berkorban.
Teringat akan kisah:
Dua pertanyaan Kyai Ahmad Dahlan tahun 1921, pada Sidang Hoofdbestuur Muhammadiyah (PP Muhammadiyah). Haji Agus Salim punya gagasan untuk menjadikan Muhammadiyah sebagai partai politik. Kyai Ahmad Dahlan mengajukan dua pertanyaan yang sangat sederhana dan sangat mudah. Dan kalau dijawab, sebenarnya juga gampang. Pertama, apa saudara-saudara tahu betul apa agama Islam itu? Kedua, apa saudara berani beragama Islam? Tidak ada satu pun dari yang hadir yang sanggup menjawab pertanyaan itu, termasuk Haji Agus Salim sendiri. Bukannya tidak bisa, sebab mana mungkin ditanya soal Islam begitu saja tidak tahu. Tapi, ketika ditanya “Beranikah kamu beragama Islam?”. Mereka tahu persis yang ditanyakan Kyai Haji Ahmad Dahlan itu. Pak Hadjid muda, bercerita kepada saya, “Bukan main tulusnya pertanyaan Kiyai Haji Ahmad Dahlan itu”. Sebenarnya pertanyaan itu sederhana, tapi tidak ada yang sanggup menjawab. Akhirnya gagasan Haji Agus Salim tidak kesampaian. Muhammadiyah urung jadi partai politik.
Sobat marilah kita kembali kepada fitrah Muhammadiyah yang berjuang untuk terciptanya masyarakat islam yang sebenar-benarnya tanpa harus jadi mentri.
Kedua, Bermuhammadiyah adalah Berdakwah.
Ketiga, Bermuhammadiyah adalah Berorganisasi.
Keempat dan Kelima, Bermuhammadiyah adalah Berjuang dan Berjihad serta Berkorban.
Teringat akan kisah:
Dua pertanyaan Kyai Ahmad Dahlan tahun 1921, pada Sidang Hoofdbestuur Muhammadiyah (PP Muhammadiyah). Haji Agus Salim punya gagasan untuk menjadikan Muhammadiyah sebagai partai politik. Kyai Ahmad Dahlan mengajukan dua pertanyaan yang sangat sederhana dan sangat mudah. Dan kalau dijawab, sebenarnya juga gampang. Pertama, apa saudara-saudara tahu betul apa agama Islam itu? Kedua, apa saudara berani beragama Islam? Tidak ada satu pun dari yang hadir yang sanggup menjawab pertanyaan itu, termasuk Haji Agus Salim sendiri. Bukannya tidak bisa, sebab mana mungkin ditanya soal Islam begitu saja tidak tahu. Tapi, ketika ditanya “Beranikah kamu beragama Islam?”. Mereka tahu persis yang ditanyakan Kyai Haji Ahmad Dahlan itu. Pak Hadjid muda, bercerita kepada saya, “Bukan main tulusnya pertanyaan Kiyai Haji Ahmad Dahlan itu”. Sebenarnya pertanyaan itu sederhana, tapi tidak ada yang sanggup menjawab. Akhirnya gagasan Haji Agus Salim tidak kesampaian. Muhammadiyah urung jadi partai politik.
Sobat marilah kita kembali kepada fitrah Muhammadiyah yang berjuang untuk terciptanya masyarakat islam yang sebenar-benarnya tanpa harus jadi mentri.
0 komentar:
Posting Komentar