Ads 468x60px

Labels

Rabu, 29 Oktober 2014

Cerita Si Ujian





Pada suatu hari yang terik dan panas, ada seseorang dibalik pintu kamarnya sedang asyik belajar. Ia belajar, belajar, dan terus belajar, Uji itulah namanya seorang pelajar yang sangat ingin mendapatkan nilai terbaik dikelasnya. Pada hari itu ,Ia belajar dengan sangat tekun, membaca buku hingga mengerjakan soal-soal yang dianggapnya akan keluar saat ujian, memang esok harinya ada ujian tengah semester, makanya ia belajar. Uji sangat sibuk pada hari itu, dengan muka yang agak ditekuk bagai bantal, karena terlalu khawatir sesaat ia berfikir : “Apakah soal-soal ini yang akan keluar ujian nanti ataukah tidak?”. Ujia sangat kebingungan ia mondar-mandir kesana kemari resah dan gelisah sehingga menyanyikan lagu itu. Saat Kepanikan melanda di tengah dan dipinggir serta diatas sedikit kira kira 60 derajad disitulah Uji mendapatkan ide yang cemerlang. Entah dari mana datang idenya dia seolah menjadi “bakul” penjual fotocopy karena idenya ialah memfotocopy seluruh apa yang ada dan berkaitan tentang ujian itu. Uji pun agak lega dan mulai berputar-putar karena dia optimis sedikit dia tidak akan bisa mengerjakan dan mulai berfikir akan berubah.

Senin, 27 Oktober 2014

Makna Bermuhammadiyah Menurut K.H. Suprapto Ibnu Juraemi (Alm)


Makna Bermuhammadiyah Menurut K.H. Suprapto Ibnu Juraemi (Alm) :
Pertama, Bermuhammadiyah adalah berislam.
Kedua, Bermuhammadiyah adalah Berdakwah.
Ketiga, Bermuhammadiyah adalah Berorganisasi.
Keempat dan Kelima, Bermuhammadiyah adalah Berjuang dan Berjihad serta Berkorban.
Teringat akan kisah:
Dua pertanyaan Kyai Ahmad Dahlan tahun 1921, pada Sidang Hoofdbestuur Muhammadiyah (PP Muhammadiyah). Haji Agus Salim punya gagasan untuk menjadikan Muhammadiyah sebagai partai politik. Kyai Ahmad Dahlan mengajukan dua pertanyaan yang sangat sederhana dan sangat mudah. Dan kalau dijawab, sebenarnya juga gampang. Pertama, apa saudara-saudara tahu betul apa agama Islam itu? Kedua, apa saudara berani beragama Islam? Tidak ada satu pun dari yang hadir yang sanggup menjawab pertanyaan itu, termasuk Haji Agus Salim sendiri. Bukannya tidak bisa, sebab mana mungkin ditanya soal Islam begitu saja tidak tahu. Tapi, ketika ditanya “Beranikah kamu beragama Islam?”. Mereka tahu persis yang ditanyakan Kyai Haji Ahmad Dahlan itu. Pak Hadjid muda, bercerita kepada saya, “Bukan main tulusnya pertanyaan Kiyai Haji Ahmad Dahlan itu”. Sebenarnya pertanyaan itu sederhana, tapi tidak ada yang sanggup menjawab. Akhirnya gagasan Haji Agus Salim tidak kesampaian. Muhammadiyah urung jadi partai politik.
Sobat marilah kita kembali kepada fitrah Muhammadiyah yang berjuang untuk terciptanya masyarakat islam yang sebenar-benarnya tanpa harus jadi mentri.