Ads 468x60px

Labels

Senin, 23 Desember 2013

Liberalisme Moral Pemuda Masa Kini



         Liberalisme Moral Pemuda Masa Kini
Oleh : Muhammad Muliya Al-Amien
            Pemuda adalah generasi penerus bangsa ini, kalimat seperti itu sering kita dengar dengan familier ditelinga kita. Karena sudah jelas yang akan meneruskan kelanjutan dan kelestarian bangsa ini adalah generasi berikutnya yaitu generasi muda. Pemuda adalah sosok yang fungsional dibangsa ini. Contohnya para pemuda bangsa ini mempunyai andil besar dalam kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1945, pada waktu itu para pemuda dengan semangat juang yang membara mendesak para orang tua atau para pemimpin negara agar mempercepat proses kemerdekaan Indonesia hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sifat pantang menyerah dan tak kenal lelah dalam berjuang adalah sosok  sifat yang identik dengan para pemuda. Disamping itu pemuda yang dahulu dikenal mempunyai moralitas yang baik dalam kehidupannya, serta sifat yang kritis pada keadaan sekitar, dan sikap persatuan yang kuat membuat pemuda menjadi sosok yang berbahaya bagi dizaman penjajahan.
            Sehingga dengan moralitas baik dan rasa persatuan yang tinggi, para pemuda Indonesia membuat sumpah yang dinamakan sumpah pemuda Indonesia yang diikrarkan pada tanggal 29 Oktober 1928. Para pemuda pada zaman itu sangat dikenal karena sifat mereka yang pantang menyerah demi kesatuan bangsa ini. Seiringan berkembangnya zaman sifat dan perilaku para pemuda Indonesia, banyak mengalami perubahan karena derasnya arus globalisasi. Dampaknya beragam ada yang postif dan ada juga yang negatif .Tetapi yang paling besar mengalami perubahan adalah jati diri atau moralitas serta akhlak para pemuda Indonesia yang makin hari mulai terkikis. Sosok pemuda yang dikenal mempunyai moralitas serta akhlak yang baik yang menjadi jati diri pemuda Indonesia zaman dulu mulai berubah. Krisis moralitas serta akhlak pemuda sepertinya mudah dijumpai dimana-mana. Contohnya seorang pemuda saat ini tidak peka terhadap lingkungannya, misalnya ketika seorang pemuda berada ditempat umum yang banyak orang seperti halte.
Kecenderungan pemuda menunggu bus dengan menggunakan headphone yang ditempelkan dikuping untuk mendengarkan lagu, atau malah sibuk bermain dengan handphone kesayangannya. Tidak seperti pemuda zaman dahulu yang saat bertemu dengan orang lain yang tidak dikenalnya sekalipun bertegur sapa dan berbicara sebagai teman dalam perjalanan atau tempat umum. Contoh lainnya banyak para pemuda khususnya yang berada di lingkungan perkotaan yang jarang maupun tidak pernah mengikuti kerjabakti dikampungnya karena alasan yang beragam, sosok pemuda yang semangat dan senang bergotong royong telah hilang, dan diganti sifat malas dan memikirkan dirinya sendiri. Para pemuda yang dulunya paling semangat berkarya dan menghidupkan kampungnya dengan berbagai kegiatan, sekarang banyak ditemukan pemuda yang malas dan mengalihkan kegiatannya di warnet/game-net. Apalagi ada sebagian pemuda yang menghabiskan waktunya hanya untuk nongkrong,pacaran,dan bersenang-senang dimall. Kebiasaan – kebiasaan ini berkontradiksi dengan sikap para pemuda sebelum Indonesia merdeka, yang berjuang mati-matian dan tidak malas untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Sebagian para pemuda yang terbawa oleh arus globalisasi yang negatif cenderung individualis dan bersifat hedonisme , karena pengaruh budaya barat yang liberal atau serba bebas telah secara tidak langsung menjadi penjajah baru didalam moral dan pola pikir para pemuda di Indonesia. Sikap atau moral yang menjadi jati diri para pemuda Indonesia yang dikenal ramah, sopan, dan santun seolah-olah mulai sirna karena kuatnya budaya barat yang masuk bebas di Indonesia. Apalagi dengan adanya media cetak dan elektronik terutama penggunaan media intenet untuk mengeksplorasi atau membuka informasi apa saja tanpa batasan umur atau tingkat kedewasaan. Terlebih lagi para pemuda di Indonesia saat ini banyak diberikan tayangan  yang tidak bermutu dan mendidik, seperti tayangan gosip, sinetron, maupun acara musik yang menyuguhkan kemewahan-kemewahan,dan gosip dan sinetron yang menyuguhkan kata-kata tabu seperi kata cerai dan kata kasar lainnya . Keadaan ini semakin memperparah moralitas para pemuda Indonesia yang terbawa ke arus globalisasi negatif . Banyak contoh – contoh perubahan moralitas baik para pemuda Indonesia yang sangat memperhatinkan kita semua. Seharusnya Pemuda adalah sosok yang generasi penerus yang dapat memajukan Indonesia lebih baik jika para pemudanya mempunyai moralitas yang baik.

Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno pernah berpidato tentang seberapa tangguhnya pemuda Indonesia yang berbunyi “Kumpulkan aku seratus orang tua maka akan aku cabut gunung Krakatau dari akarnya, dan kumpulkanlah aku sepuluh pemuda maka akan kuguncangkan dunia”. Kutipan pidato presiden Soekarno itu jelas menjelaskan bahwa betapa kuatnya pemuda sebagai kekuatan utama yang merubah bangsa ini, tetapi jika mempunyai semangat dan moral yang baik. Tetapi mungkin sekarang berbeda jika sepuluh pemuda berkumpul akan membuat grup boyband/girlband dengan tampilan yang menyuguhkan hedonis serta komsumtif.
Kondisi yang sangat memperhatinkan ini akan terus berlanjut jika para pemuda kita tidak dikontrol dan diawasi oleh orang tua maupun pemerintah yang bertanggung jawab penuh atas masuk dan derasnya pengaruh negatif dari globalisasi. Sehingga generasi penerus bangsa ini dapat mempunyai moralitas yang baik, menguatkan jati diri bangsa, melestarikan budaya serta dapat menjadi para pemimpin bangsa dimasa depan yang dapat merubah bangsa Indonesia menjadi bangsa maju, adil , dan sejahtera sesuai dengan cita-cita luhur Negara Kesatuan Republik Indonesia.

                                               

1 komentar:

Posting Komentar